Sebagai seorang guru yang setiap hari mengajar di sekolah, terkadang harus menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Anak-anak yang memang susah menerima materi pelajaran sangat perlu diperhatikan lebih, baik membaca, menulis serta berhitung. untuk itu mengenal Penyebab kesulitan belajar anak, merupakan satu keharusan.
Demikian juga para orang tua yang memiliki anak kesulitan dalam belajar.
Mendambakan anak agar menjadi pandai, mendapatkan nilai yang baik di sekolah, menambah kesedihan orang tua ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak mereka mengalami kesulitan dalam belajar.
Fenomena inilah yang kemudian menjadi perhatian para ilmuwan yang tertarik dengan masalah kesulitan belajar anak.
Keuntungannya adalah mereka mencoba menemukan metode-metode yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar tersebut.
Baca juga: Perubahan Kurikulum Pendidikan Dasar Hingga Menengah
Definisi Kesulitan Belajar
Aktifitas belajar bagi setiap siswa, tidak selamanya dapat berlangsung secara normal. Memang banyak yang lancar namun ada juga yang kurang. Ada yang dapat menangkap dengan cepat dari apa yang dipelajarinya. Ada yang lambat bahkan sangat kesulitan. Nah, sebagai orang tua atau pendidik harus mengenal penyebab kesulitan belajar anak didik tersebut.
Dalam hal semangat, terkadang semangtnya lebih tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aktifitas belajar. Memang setiap individu tidak ada yang sama. Perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik.
Untuk memberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menyababkan munculnya masalah kesulitan dalam belajar.
Kurang lebihnya sebagai berikut:
a. Faktor Intern ( faktor dari dalam anak itu sendiri ) yang meliputi
1. Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah faktor fisik dari anak itu sendiri. Seorang anak yang mengalami gangguan kesehatan, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses untuk menerima pelajaran dan memahami pelajaran menjadi kurang sempurna.
Selain sakit faktor fiologis yang perlu kita perhatikan adalah: cacat tubuh. Ini dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti: kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak. Cacat tubuh yang serius seperti; buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang dibutuhkan dalam belajar. Selain itu yang juga termasuk dalam faktor psikologis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak.
Anak yang memiliki IQ cerdas (110-140) atau jenius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat.
Untuk anak yang tergolong sedang (90-100) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi.
Sedangkan anak yang memiliki IQ (tingkat kecerdasan) dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi kesulitan dalam belajar yang serius.
b. Faktor Ekstern ( faktor dari luar anak )
1. Faktor sosial, yaitu:
Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang mendapatkan perhatian cukup atau anak yang terlalu diberikan perhatian.
Selain itu juga bagaimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan tak pernah bertemu sama sekali. Masalah ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
2. Faktor-faktor non sosial
Faktor-faktor non sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah faktor guru di sekolah, berbagai alat / metode pembelajaran, maupun kondisi tempat belajar.
Mengatasi Kesulitan Membaca
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata.
Misalnya, huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan.
Disamping itu juga kesulitan memahaminya. Misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, urutan peristiwa, topik atau inti sebuah bacaan.
Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyebutkan keterlambatan membaca adalah Disleksia (Dyslexia).
Disleksia mempengaruhi 5-10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi ini pertama kali diketahui pada abad ke 19, dimana ketika itu disebut dengan buta huruf ( word blindness ).
Beberapa peneliti menemukan bahwa dysleksia cenderung lebih besar mempengaruhi anak laki-laki daripada anak perempuan.
Sebagai contoh
• Bila anda menunjukkan sebuah buku yang asing, ia mungkin akan mengarang-ngarang cerita berdasarkan gambar yang ia lihat tanpa berdasarkan tulisan isi buku tersebut.
• Ketika anda menyuruh anak tersebut untuk memperhatikan kata-kata, maka kesulitan embaca pada anak tersebut akan terlihat jelas.
• Disleksia ( dyslexia ) timbul karena masalah dalam proses pengolahan informasi di otak, terutama pada bagian yang menjadi pusat bahasa.
Akan tetapi, bukan berarti penderita disleksia tidak bisa sukses dan berhasil.
Buktinya banyak orang yang terkenal yang ternyata maenderita kelainan ini.
Misalnya, Muhammad Ali dan Magic Johnson (atlit), Thomas Jefferson dan Winston Churcill (politikus), Harrison Ford dan Keira Knightley (aktor dan aktris), Leonardo Davinci, Michelangelo (seniman), Henry Ford (pebisnis), serta john Grisham dan Erin Brokovich (penulis).
Gejala disleksia dapat dideteksi sejak anak berusia dini dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Anak kesulitan berbicara, serta mengucapkan kata-kata panjang secara benar
2. Kesulitan mempelajari susunan alfabet, mengurutkan hari , serta mengenali warna, bentuk dan angka.
3. Kesulitan mengenali dan melafalkan bunyi huruf.
4. Tidak mampu membaca dan menuliskan namanya sendiri
5. Tidak bisa membedakan antara kanan dengan kiri
6. Sering menulis huruf atau angka sering terbalik
7. Menemui kesulitan dalam pelajaran berhitung
Metode phonic ini telah terbukti sangatlah berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam proses membaca (Gittelment & feingold, 1983). Metode phonic ini merupakan metode yang dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut.
Metode ini sudah dikemas dalam bentuk beraneka ragam buku maupun software.
Yaitu ide phonic dan membaca:
- Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca
- Tundalah sesi jika anak sudah lelah, marah hingga dapat memusatkan perhatian
- Jangan diminta yang berlebihan pada saat pertama, mulailah sedikit saja antara sepuluh atau lima belas menit sehari
- Tentukan tujuan yang dapat dicapai: satu hari sebanyak satu halaman dari buku phonic atau buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama.
- Bersikaplah positif dan berikan pujian pada anak anda ketikadia membaca dengan benar. Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu dia untuk membenarkan kesalahannya. Jika dia ragu-ragu, berilah waktu sebelum anda terburu-buru memberi bantuan.
- Ketika anda membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak Anda tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi ia merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang cerita dan karakter-karakter dalam cerita yang baru saja Anda bacakan tersebut.
Mengatasi Kesulitan Menulis (Disgraphia)
Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidak pernah menulis apapun di atas kertas.
Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable) untuk segala sesuatu laporan pasien sebagai catatan singkat.
Kemudian diketahui bahwa Stephen tidak dapat menulis secara jelas, sehingga dia dan orang lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.
Apa yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menulis (disgraphya). Disgraphya ini berbeda dengan hasil tulisan tangan yang jelek.
Tulisan tangan yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya,
Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah, maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit dilakukan.
Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan :
- Untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan menulis dan mencatat) dan
- Untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes menulis)
Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat :
- Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta izin untuk mengkopi catatan anak lain yang memiliki tulisan tangan yang bagus.; mereka dapat mengandalkan teman tersebut dan mengandalkan buku teks untuk belajar.
2. Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah dan
menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
- Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
Untuk membantu, sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat :
- Melakukan tes secara lisan
- Mengerjakan tes dengan pilihan ganda
- Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take-home test) atau les dalam kelas dengan cara mengetik
Mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui.
Problem Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)
Berhitung merupakan kemampuan yang digunakan dalam kehidupan ita sehari-hari, baik ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain sebagainya.
Tidak diragukan lagi bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang kompleks yang didalamnya melibatkan :
1. Membaca, menulis, dan keterampilan bahasa lainnya
2. Kemampuan untuk membedakan ukuran-ukuran dan kuantitas relatif dan obyektif
3. Kemampuan untuk mengenali urutan, pola, dan kelompok
4. Ingatan jangka pendek untuk mengingat elemen-elemen dari sebuah soal matematika saat mengerjakan persamaan
5. Kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau sistem angka yang tidak menggunakan basis sepuluh
Istilah “ Dyscalculia “, biasanya mengacu pada salah satu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran anak yang mengalami masalah dyscalculia, perhatikanlah kasus berikut.
Seorang anak bersama Jesica (sepuluh tahun, duduk di kelas V) mengalami masalah dengan mata pelajaran Matematika. Nilai matematika yang jesica dapat selalu rendah, walaupun pada mata pelajaran lain nilainya baik. Lalu seorang guru memanggilnya, dan memberinya lembr kertas dan pensil dan memintanya menyelesaikan soal berikut :
Jones seorang petani memiliki 25 pohon apel dan setiap pohon menghasilkan 50 kilogram apel pertahun. Berapa kilogram apel yang dihasilkan jones pada setiap tahun ? ia berusaha keras untuk menemukan jawabannya tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya bagaimana cara menyelesaikan, ia menjawab: ia harus mengalikan 25 dengan 50, akan tetapi, ia tidak dapat menghitungnya. Kemudian guru memberikan kalkulator, dan kemudian ia dapat menghitungnya.
Inilah gambaran anak yang mengalami problem “dyscalculia”
Mengatasi Anak Yang Mengalami Dyscalculia
• Sebagai langkah selanjutnya setelah kita mengenal penyebab kesulitan belajar anak dalam menghitung, ada dua pendekatan. Mungkin kita dapat menawarkan beberapa bentuk penanganan matematika yang intensif,atau dengan mengambil jalan pintas.
1. Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”.
2. Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, seperti contoh Jessica diberikan kalkulator untuk menghitung.
Maka anak dengan problem dyscalculia ini juga dapat diberikan kalkulator untuk menghitung.
3. Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun kemampuan yang dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. Pada tingkat pendidikan dasar berbagai kemampuan tersebut masih memiliki relasi yang kuat, membaca, menulis, serta berhitung.
Sebagai orang tua, ataupun seorang guru dengan mengatakan bahwa anak yang mendapatkan nilai rendah merupakan anak yang bodoh dan gagal perlu menjadi perhatian.
Yang terpenting bagi kita, setelah mengenal penyebab kesulitan belajr anak dapat menganalisa dengan baik perkembangan anak kita. Diagnosis terhadap permasalahan yang dialami anak mutlak harus dilakukan.