Setiap orang tua pasti mendambakan anaknya sekolah pada pendidikan maju. Yaitu yang gurunya memiliki metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Tegasnya sekolah yang memiliki kriteria guru profesional
Selain rajin, disiplin, sabar, ulet, dan pantang menyerah ada kriteria yang sebaiknya dimiliki oleh Anda seorang guru. Apa saja tolak ukurnya agar anda menjadi teladan bagi para peserta didik?
1. Kriteria Guru Profesional Harus Terbuka
Memang sifat transparan dituntut untuk semua orang tanpa perduli dengan status. Bahkan dalam kelompok kecil sekalipun orang dituntut untuk bersikap terbuka. Terlebih lagi buat seorang guru tentu sifat terbuka terhadap siswa merupakan satu keharusan.
Selain itu, keterbukaan juga merupakan kriteria yang sangat penting bagi orang tua siswa, terlebih lagi bagi peserta didiknya . Menerima kedatangan orang tua siswa, berbagai persoalan/pertanyaan, saran ataupun kritik, hingga masukan dari siswa maupun orang tua siswa.
Baca Juga:
1 Materi PowerPoint SD/MI
2 Materi IPA PowerPoint SMP/MTs
Untuk memulai memperbaiki karakter siswa, Anda harus membekali diri terlebih dahulu . Dengan demikian bersikap demokratis dan terbuka, tentu proses mengajar dikelas akan lebih menyenangkan.Memiliki kriteria guru profesional, selain terbuka dalam bersikap, juga terbuka dalam pemikiran. Karena terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, Anda harus bisa berpikiran terbuka.
Daripada hanya mengotak-ngotakkan katagori murid pintar, bodoh, atau pun yang biasa saja, akan jauh lebih baik jika diubah sedikit cara berpikirnya. Bukankah masing-masing anak memiliki keunikan dan bisa sukses dengan kemampuannya masing-masing pula?
Ketika Anda berpikiran terbuka, maka akan lebih mudah juga bagi Anda menyerap ilmu dari siapa pun yang selalu bersama dengan anda. Bukankah ilmu itu bisa kita dapatkan dari siapa saja termasuk siswa-siswi kita di kelas?
2. Guru Profesional Jadi Contoh
Memberi keteladanan pada sistem mengajar di sekolah merupakan keharusan bagi setiap guru. Ada sebuah ungkapan dari seorang ahli/ pakar mengajar
( Eric G. Stephen & R Wayne Pace ) bahwa guru harus
- Memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur sehingga dapat memberikan contoh yang baik kepada anak didiknya.
Ajaklah semua siswa untuk bersama-sama membersihkan dan merapikan meja dan kursi sambil menghias kelas. Berikan bimbingan bahwa semua siswa adalah sebagai pemilik dan penghuni kelas,
Dengan demikian anak-anak pun akan mengerjakannya dengan senang hati, karena mengerjakannya disertai dengan gurunya.
Hal-hal lain untuk kriteria guru profesional adalah, jangan terlambat datang ke sekolah. Karena jika itu terjadi, tentu akan menimbulkan respon anak didik yang kurang baik terhadap guru yang sering datang terlambat.
Diantaranya :
- Hilang / kurangnya rasa hormat anak didik kepada guru
- Berkurangnya rasa cintanya anak didik kepada guru
- Ketidak hadirannya tidak dirindukan oleh anak didik
- Proses pembelajaran dan bimbingannya kurang mendapat respon pada anak didik
Lebih parahnya lagi, bagaimana jika tertanam dalam hati anak didik bahwa kita tidak layak menjadi seorang teladan. Berarti kita tidak layak jadi guru ? Yaa, begitulah kira-kira!.
Menyedihkan bukan ?. Jadi, keteladanan merupakan salah satu faktor penentu berhasilnya kita melaksanakan proses mengajar.
Menurut Ki Hajar Dewantara : Seorang pendidik itu hendak mempunyai 3 kepribadian:
a. Di depan Guru Profesional menjadi teladan,
Karena guru adalah sebagai model yang selalu menjadi perhatian masyarakat luas, maka menjadi contoh merupakan suatu keharusan. Apalagi terhadap anaak-anak didiknya.
b. Di tengah membangun karsa (semangat)
Salah satu prinsip inilah yang tidak mungkin ditinggalkan oleh seorang pendidik / guru. Tidak ada guru yang tidak menasehati anak didik untuk belajar, disiplin, kreatif dan lain-lain. Menumbuh kembangkan untuk terus semangat belajar adalah tugas guru
c. Di belakang memberi dorongan.
Sebagai guru harus mampu menumbuhkan semangat belajar pada peserta didik demi tercapainya cita-cita mereka. Dengan timbulnya semangat mereka, berarti guru tersebut sudah berhasil memotivasi peserta didik.
Seorang ahli pendidikan Eric G. Stephen mengungkapkan: Envisioning : artinya guru harus “ Mampu menciptakan gambaran menarik tentang masa depan siswa “
3. Kriteria Guru Profesional Menjadi teladan
Menjadi teladan bagi siswa tidak hanya dalam pembelajaran bahan materi ajar. Bisa saja anak-anak mengharapkan ada pembelajaran dalam bentuk praktek nyata diluar pokok materi ajar.
Misalnya, anak didik anda ada yang meminta diajarkan Seni Tari daerah yang kesenian itu sangat disukai oleh anak didik anda. Tentu saja profesi sebagai guru yang profesional dituntut untuk mampu mewujudkannya.
Anda sebagai guru harus bisa memberikan apa yang di inginkan oleh mereka. Apalagi keinginan tersebut adalah sebuah proses belajar yang sangat efektif untuk meningkatkan kecerdasan daya pikir anak didik.
Nah, permasalahannya adalah bisakah seorang guru mengajarkan kepada anak didiknya gerakan-gerakan tari tersebut? Ini yang jadi kendala.
Lalu, bagaimana Anda akan membekali peserta didik kalau Anda sendiri tidak memiliki keahlian studi yang diminati oleh anak didik. Tentu saja Anda harus belajar seni tari tersebut. Baik melalui tutorial di sosmed (situs internet ) maupun belajar pada ahlinya.
“Guru Tidak pernah berhenti untuk belajar dalam mengembangkan kemampuannya”
a. Guru Profesional Harus Fleksibel
Disetujui atau tidak, tapi para ahli mempunyai argumen atau alasan untuk tenaga pengajar/pendidik. diantaranya adalah: ungkapan “Eric G. Stephen & R Wayne Pace” yaitu Ensuring: artinya :
“Bisa memastikan semua hal berjalan baik sesuai harapan dan rencana”
Kemudian kita berpikir atau punya argumen tersendiri, bukankah manusia hanya bisa berencana, sedangkan ketentuannya berada ditangan Tuhan ? apakah harus diwujudkan karena kriteria guru profesional ?
Baik!, Itu adalah sebuah ungkapan yang bisa saja terjadi atau tidak.
Tapi ungkapan itu bisa dijadikan sebagai motivasi guru dalam mendidik anak-anak didiknya. Hanya saja kita punya sandaran (tawakal) kepada Tuhan, sehingga tatkala keberhasilan itu belum terwujud kita tidak akan mudah menyerah pada kenyataan.
Menjadi guru memang harus punya prinsip, tahu akan metode, bisa beradabtasi kelas benar-benar sebagai tempat membimbing, mendampingi peserta didik.
Tentu saja dalam menyampaikan materi harus fleksibel ( piawai dalam menyampaikan materi ). Akhirnya anak-anak didik pun akan tumbuh semangat belajar.
Fleksibel, adalah penyampaian yang tidak kaku serta mampu menyesuaikan pada sifat, kondisi, kemampuan, perkembangan, serta latar belakang peserta didik Anda.
Berkomunikasi dengan baik, menjadi tempat curhat dan tidak membanding-bandingkan antar siswa adalah sebagian contoh sikap fleksibel.
b. Seorang Guru Harus Adil
Dalam berbagai aspek kehidupan, keadilan selalu menjadi tuntutan yang harus terpenuhi. Semua orang menginginkan keadilan berpihak pada dirinya. Begitu juga dengan peserta didik kita, sangat mendambakan keadilan dari gurunya.
Ada hal penting yang mesti diperhatikan oleh seorang pengajar/tenaga pendidik. Ini menjadi keharusan bagi sebagian peserta didik. Sebagaimana uraian diatas bahwa kriteria guru profesional adalah tuntutan.
Yang pertama:
Keadilan untuk disapa. Untuk yang satu ini akan terasa sedikit berlebihan, namun pada kenyataannya ada sejumlah siswa yang kurang merespon tatkala berkomunikasi dengan guru, baik dalam diskusi maupun tugas mandiri/kelompok.
Sikap siswa yang demikian tentu akan membuat seorang guru merasa bersalah, karena hubungan atau komunikasi dengan guru tidak stabil, bahkan bisa jadi dia pun akan menjadi pasif.
Yang kedua:
Keadilan untuk sama-sama diberi tugas / pekerjaan dirumah. Ini jika ada tugas.
Pernah penulis bingung dengan sikap sebagian anak-anak didik yang sangat enggan untuk merespon pertanyaan yang saya berikan.
Pada jam istirahat saya panggil ketua kelas ke kantor dan saya tanya tentang sikap beberapa siswa yang kurang baik dengan saya.
Jawabannya,
Ternyata karena tugas kerajinan itu hanya dipercayakan kepada beberapa anak saja. sedangkan anak yang lain juga ingin mengerjakannya.
Ternyata kurangnya keadilan yang kecil sekalipun dapat menimbulkan perilaku yang kurang baik. Mudah-mudahan itu tidak terjadi.
Oleh karena itu Jadilah sosok pendidik yang obyektif , yaitu sebagai pelaksana keadilan pada siswa di sekolah, sehingga didalam jiwa anak tertanam Anda sosok kriteria guru profesional.
Baca juga : Mengenal 3 Penyebab Kesulitan Belajar Anak
Adil berarti Anda tidak berpihak pada satu sisi atau kelompok tertentu. Anda, harus mampu memberikan sikap positif pada setiap siswa dengan karakter dan kemampuan yang beragam.
4. Perlunya Peka dan Inspiratif
Tuntutan untuk Anda sebagai guru pada yang satu ini membutuhkan kedisiplinan sikap dan pengetahuan sangat khusus. Kepekaan Anda sebagai guru terhadap semua kegiatan mengajar adalah peranan yang sangat penting.
Sebagai Guru harus bisa cepat tanggap, memahami, dan melihat dengan perasaan, apa yang terlihat pada diri siswa. Mulai dari ekspresi wajah, sikapnya kepada Anda, gerak-gerik, respon komunikasi, bermain dan lainnya.
Sehingga guru dapat segera memahami apa yang dialami oleh siswa. Tidak hanya cepat memahami, tapi juga cepat tanggap untuk segera mengambil keputusan dan tindakan.
Ada beberapa hikmah yang kita dapatkan dari sikap ataupun karakter kepekaan seorang guru. Diantaranya:
a. Guru yang Profesional Dapat Memotivasi siswa
Dengan adanya guru peka terhadap sikap dan perilaku siswa, maka ia akan dapat membangkitkan percaya diri pada siswa. Yang pada akhirnya siswa tersebut akan tumbuh semangat belajar yang baik
b. Mampu Memberi inspirasi hidup
Guru inspiratif tidak hanya mengejar penyelesaian kurikulum, tapi juga harus bisa mengajak muridnya untuk kreatif. Menjadi guru itu haruslah totalitas dan keikhlasan dalam menjalankan amanah sebagai tenaga pendidik . Karena guru adalah cerminan dari nilai- nilai kemanusiaan.
Baca Juga:
1 RPP 1 Lembar SD/MI Terbaru
2 RPP 1 Lembar SMP/MTs Terbaru
3 RPP 1 Lembar SMA/MA Terbaru
Menjadi guru inspiratif yaitu mempunyai komitmen tinggi terhadap perubahan, mampu membawa muridnya memahami dunia melalui dirinya sendiri, serta mampu memberikan layanan pendidikan kepada muridnya dengan berbagai latar belakang yang berbeda (fisik, sosial, intelektual dan emosional)
Guru inspiratif harus bisa mencetak generasi penerus yang berkarakter yang bisa menjadi tombak keberhasilan pendidikan.
c. Guru Profesional Memiliki Inspiratif
Suatu hari seorang guru memanggil seorang muridnya yang terkenal sangat bodoh dan sering ditertawakan dan dicemooh oleh teman-temannya. Guru tersebut memberinya selembar kertas bertuliskan: hafalkan bait-bait syair ini dengan sebaik-baiknya. Harus hafal betul dan jangan sampai diberitahukan pada semua teman-temannya.
Seminggu kemudian guru itu memberikan pelajaran baru dan menuliskan syair dipapan tulis. Kemudian menerangkan dan membacanya berulang-ulang.
Lalu berkata, sekarang siapa yang hafal bait-bait syair ini?. Guru itu sambil bertanya, pelan-pelan menghapus tulisan syair di papan tulis.
Tak seorang murid pun yang angkat tangan. Akhirnya seorang murid yang dikenal bodoh oleh teman-temannya itu berdiri perlahan-lahan dan malu-malu menghafal bait-bait syair tersebut dengan lancar. Semua taman-temannya terkejut dan terdiam, heran kenapa sibodoh tiba-tiba jadi bisa.
Guru itu memujinya dan menyuruh teman-temannya memberi tepuk tangan sebagai tanda penghormatan.
Demikian, guru itu memberinya hafalan pada anak tersebut berulang-ulang. Hinaan dan tertawaan dari teman-temannya berubah menjadi pujian dan kekaguman. Kini anak itu menjadi percaya diri. Ia yakin bahwa dirinya tidak bodoh.
Perubahan ini mendorong tumbuhnya semangat belajar yang tinggi pada anak tersebut. dan sebagai guru yang inspiratif untuk siswanya, ternyata kriteria guru profesional pada dirinya dapat dijadikan contoh.
Kehadirannya didepan siswa menjadi sosok panutan yang inspiratif dalam pembentukan karakter. Memberi semangat dan kalimat-kalimat positif agar siswanya terus berkembang.
5. Kriteria Guru Profesional Dapat Memahami Proses
Fenomena yang satu ini biasanya akan sangat menyita banyak ide atau wawasan Anda sebagai guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, akan banyak sekali terjadi sebuah proses. Didalam proses itu tidak selalu mudah untuk dilalui, bergantung pada individu masing-masing peserta didik.
Maka dari itu, sangat penting sekali bagi Anda untuk bisa memahami arti sebuah proses. Memilih menjadi guru tentu harus mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang benar-benar banyak bersabar, benar bukan?
Bagaimana tidak, dalam mengajar, sering kita temukan siswa yang kurang mampu memahami dan menguasai materi.
Apabila seperti itu yang kita temui, bagaimana tindakan Anda? Tentu saja bukan dengan cara memarahi. Cobalah dicek lagi analisa kita , tipe belajar, mengenai karakter, dan cara belajar siswa tersebut.
Jika merasa masih gagal dalam mengajar, tentu Anda harus tetap menghargai setiap usaha yang telah Anda lakukan. Karena apabila Anda hanya fokus pada kegagalan saja, maka akan semakin menimbulkan kemalasan, dan aktifitas anda mengajar pun ikut menurun.
Oleh karenanya, hargailah proses, dan dalam mengajar dan cobalah untuk berinovasi. Sedikit contoh tentang memahami proses antara lain :
a. Stadium Operasional Konkret
Stadium Operasional Konkret adalah anak didik berusia 7 sampai 11 tahun Pada masa ini anak sudah mampu melakukan berbagai kegiatan, mengkonservasi angka melalui 3 macam proses operasi, yaitu:
- Kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya.
- Memiliki kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik.
- Kemampuan mengenali benda-benda yang ada.
Ini cuma gambaran pemahaman proses belajar anak didik yang sudah mampu berfikir konkret dalam memahami suatu kenyataan, mampu mengkonservasi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif.
Stadium Operasional formal adalah anak didik berusia mulai 11 tahun. Pada usia ini, anak sudah dapat berfikir abstrak, hipotesis dan sistematis tentang sesuatu yang abstrak. Bahkan dapat berfikir pada hal-hal yang mungkin terjadi.
Memahami jiwa siswa, mungkin Anda bertanya haruskah seorang guru memiliki ilmu tentang kejiwaan/sosiologi? Tentu saja tidak sejauh itu yang dimaksud. Cukuplah kiranya guru menganalisa karakter/sikap siswa melalui bimbingan dan arahan.
Layaknya seorang dokter mengobati pasien yang sakit, tentu dokter harus paham penyakit yang diderita beserta pengobatannya. Akan tetapi seperti kata bijak, lebih baik mencegah daripada mengobati. Jadi sebelum diobati hendaknya mencegah terjadinya penyakit. Dalam hal ini adalah akhlak anak didik.
Nah, membentuk jiwa siswa dengan indikasi membentuk karakternya agar memiliki akhlak yang baik adalah tugas mulia guru. Karena diharapkan peserta didik berilmu tinggi, berbudi pekerti luhur, patriotisme/cinta tanah air dan bangsanya. Untuk itu, jadilah guru yang mengerti sifat dasar jiwa manusia, kekurangan, serta solusinya.
Sebelum mereka tumbuh dewasa dengan akhlak yang buruk, maka sedini mungkin kita berikan akhlak yang baik.
Nah, sekarang kita analisa diri kita sebagai guru, sudahkah memiliki semua kriteria diatas? Kita sendirilah yang tahu agar menjadi guru yang benar-benar menjadi harapan peserta didik kita.
b. Bersikap Bijaksana
Menjadi bijaksana bagi seorang guru tidaklah mudah. Baik dalam mengambil keputusan, menyikapi masalah, maupun bertindak bahkan cara kita menganalisa karakter per siswa.
Berat bukan? Kalau Anda mampu menjadi sosok pendidik yang bijak, tentu siswa akan lebih termotivasi apa yang Anda sampaikan. Pendidik yang bijaksana tahu bagaimana melakukan pendekatan yang tepat terhadap peserta didiknya.
Pada ungkapan berikut mungkin bisa dijadikan pedoman dalam kebijakan: yaitu, Guru yang membuka jalan kebaikan dan menutup jalan keburukan. Selalu memberi harapan, optimisme menolong dan inspiratif.
c. Pengendalian diri
Kalau boleh mengungkapkan sebuah pernyataan, bahwa guru adalah sosok makhluk tuhan yang sempurna. Benarkah..?
Lalu bagaimana dengan maraknya kriminal pada instansi pendidikan. Bahkan ada guru yang sampai hati menganiaya, mencemooh, dan bahkan menimbulkan aib pada siswa siswinya.
Ya, Guru adalah seorang manusia, yang lebih cenderung memiliki kelemahan, emosi, stres dan juga berbagai macam tuntutan sebagai makhluk sosial.
Akan tetapi menjadi seorang guru yang akan menjadi teladan siswanya, maka harus bisa mengendalikan diri. Dikutip oleh Kresna dalam film Mahabarata, Guru adalah : orang yang mentransfer ilmu dan mampu menanamkan nilai-nilai keluhuran pada siswa.
Bagaimana tidak, sebagai orang tua siswa memasukkan anaknya pada sekolah tersebut, tentu dengan pertimbangan karena kualitas guru dan pembelajarannya. Oleh karena itu Anda harus rasional dalam memutuskan dan memberikan kebijakan dalam memecahkan masalah.
Anda , dapat menjalin hubungan sosial yang wajar dengan siswa, sesama guru, bahkan orangtua. Guru profesional adalah guru yang bisa mengendalikan emosinya. Tahu bagaimana, kapan, dan di mana harus menyatakan emosinya.
Hanya Tuhanlah yang bisa mewujudkan.
Salah satu cara untuk pengendalian diri yang baik adalah berempati. Karena pemicu kemarahan terkadang hal sepele. Untuk menghindari masalah sepele agar tidak menjadi besar, berempatilah.
Empati adalah keadaan mental yang membuat Anda merasakan keadaan pada pemikiran orang lain. Sebagai contoh anak didik Anda bermain dalam kelas saat istirahat, dan berteriak sangat keras.Berempatilah kepada dia. Mungkin dia sedang mencari perhatian gurunya.
Dengan mengedepankan sikap yang lembut, akan jauh lebih bermanfaat daripada memberikan reaksi spontan dan kemarahan.
Pada umumnya anak-anak yang didekati dengan kemarahan biasanya akan semakin sulit untuk berperilaku yang baik. Jika berubah baik, biasanya tidak berangkat dari kesadarannya, melainkan karena takut dimarah oleh gurunya.
Sedangkan anak yang diajak berbicara lemah lembut, akan merasakan kedamaian karena perhatian dari gurunya. Sudah menjadi sifat dasar manusia jika diperhatikan akan merasakan kedamaian dihatinya.
d. Konsisten
Salah satu sikap yang bisa memotivasi peserta didik dalam proses belajar adalah sikap konsisten. Seorang guru harus bersikap konsisten, tidak mudah berubah pola pikir dan prinsip.
Dengan kata lain guru tidak plin-plan. Kalau selalu berubah, tentu akan memberi pengaruh negatif pada tingkat respect siswa ke guru.
Hari ini kesepakatannya A, maka besuk dan seterusnya akan A, jangan mendadak berubah haluan menjadi B. Sesekali mungkin saja berubah, asal disertai alasan yang memberi manfaat bagi seluruh siswa.
Kesimpulan
Menjadi seorang guru yang konsisten harus memiliki kriteria guru profesional yang tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga bisa mengarahkan, mendidik, membimbing, mendampingi, serta mengevaluasinya. Anda dituntut menjadi sosok yang mampu menanamkan nilai-nilai sikap konsisten terhadap siswa hingga mencapai kedewasaan.
Mengulas tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana seseorang berubah dari pengalaman.
Agar terjadi proses belajar dan terjadinya perubahan perilaku, sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru harus menyiapkan rencana berbagai pengalaman belajar yang hendak diberikan pada siswa.
Pengalaman belajar tersebut bertujuan agar sesuai dengan yang ingin dicapai yaitu merubah perilaku.